10 Aksi Gerakan Anti-Pemerintah yang Menyebabkan Tergulingnya Rezim Berkuasa di Dunia

Kekecewaan rakyat terhadap rezim berkuasa sering kali menimbulkan gerakan antipemerintah yang tidak jarang bemuara pada penggulingan kekuasaan. (Foto: Vox)

Gerakan antipemerintah sering kali timbul karena keresahan dan kekecewaan rakyat atas kebijakan pemerintah yang dirasa memberatkan. Selain itu, rasa muak karena penindasan yang dilakukan rezim berkuasa dalam waktu lama juga memicu aksi ini. Meski berbeda latar belakang, tapi, gerakan ini punya semangat yang sama, yaitu menuntut perubahan ke arah yang lebih baik.

Rezim yang digulingkan sering kali berasosiasi dengan kediktatoran, korupsi, nepotisme, dan penindasan terhadap kebebasan dalam berpendapat. Rasa muak masyarakat dengan kondisi yang terjadi akhirnya memuncak lewat gerakan antipemerintah. Tuntutan untuk terjadinya perubahan pun tidak terbendung.

Sejarah mencatat, sejumlah gerakan massa berhasil menggulingkan pemerintahan berkuasa baik secara damai maupun diwarnai kekerasan dari aparat berwajib. Perubahan yang tercipta setelah gerakan tersebut memang tidak serta merta membawa kemakmuran bagi negara tersebut. Namun, ada proses panjang untuk menuju kedamaian dan kesejahteraan yang diimpikan.

Aksi gerakan antipemerintah apa saja yang akhirnya berhasil menggulingkan rezim berkuasa? Merujuk pada peristiwa yang terjadi di era modern, simak daftarnya berikut!

1. Revolusi Iran — 1979

Foto: History.com

Rezim otokratis dan korup Shah Mohammad Reza Pahlavi membuat rakyat Iran muak. Belum lagi, mereka juga dilihat terlalu bergantung pada pengaruh Barat dan mengabaikan kedaulatan serta budaya Iran. Persoalan ekonomi dan pembungkaman kebebasan politik turut memicu kekecewaan rakyat.

Gelombang demonstrasi anti-Shah pun pecah pada 1977 dan memuncak pada 1978. Dilecut khotbah Ayatollah Ruhollah Khomeini dari pengasingan, rakyat terus bergerak dengan melakukan berbagai macam aksi, pemogokan, dan terlibat bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Puluhan ribu orang diduga tewas dan luka-luka dalam gerakan yang kemudian meruntuhkan 2.500 tahun monarki dengan terbentuknya Republik Islam Iran.

2. Revolusi Kekuatan Rakyat Filipina — 1986

Foto: Rappler

Kecurangan hasil pemilu, korupsi, dan penindasan akibat pemerintahan otoriter Ferdinand Marcos selama 20 tahun membuat rakyat Filipina bergerak. Pembunuhan terhadap pemimpin oposisi, Benigno Aquino menambah marah rakyat. Mereka menuntut demokrasi dan pelengseran Marcos dari tumpuk kuasa.

Sejumlah perwira militer kemudian membelot dan mengikuti protes. Dengan dukungan Kardinal Jaime Sin, lebih dari 2 juta orang warga sipil bergerak untuk menyuarakan tuntutan agar Marcos mengundurkan diri. Marcos pun terpaksa melarikan diri ke luar negeri dan mengakhiri kekuasaannya di Filipina tanpa pertumpahan darah.

3. Revolusi Rumania — 1989

Foto: Hungarian Conservative

Revolusi Rumania adalah satu-satunya gerakan massa di Eropa Timur yang menggulingkan rezim komunis dengan kekerasan. Demonstrasi dipicu usaha pemerintah untuk mengusir Pendeta Lazlo Tokes, pastur etnis Hungaria, di Timisoara. Kekesalan warga terhadap kebijakan Presiden Nicolae Ceausescu semakin mengobarkan semangat untuk menuntut pemerintahan berkuasa mundur.

Aksi itu diwarnai dengan tindakan represif aparat terhadap para demonstran. Namun, militer kemudian membelot dan berbalik mendukung rakyat. Ceausescu digulingkan, ditangkap, dan dieksekusi bersama istrinya, Elena, pada Natal 1989.

4. Revolusi Reformasi Indonesia — 1998

Foto: BBC

Krisis moneter yang melanda Asia pada 1997 mengekspos praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi dan politik akibat hasil pemilu memicu gelombang protes massa pada 1998. Mahasiswa dan demonstran menggelar demonstrasi besar-besaran di Gedung DPR/MPR RI di Jakarta.

Tindakan represif yang dilakukan aparat menambah suasana mencekam dan kerusuhan massal meletus dengan jatuhnya banyak korban jiwa. Gerakan itu akhirnya berhasil melengserkan Suharto dari kursi kekuasaan yang telah dikuasainya selama 32 tahun. Orde Baru usai dan era reformasi pun dimulai.

5. Revolusi Buldoser Serbia — 2000

Foto: My Country? Europe.

Runtuhnya perekonomian Yugoslavia di bawah pimpinan Slobodan Milosevic memicu rasa kecewa rakyat. Kekecewaan ini pun bertambah dengan adanya kecurangan dalam pemilu federal pada 2000. Dipimpin gerakan mahasiswa bernama Otpor, koalisi Oposisi Demokratik Serbia (DOS), dan lain-lain, warga pun turun ke jalan untuk menggelar aksi demonstrasi besar-besaran.

Aksi demonstrasi itu juga diwarnai boikot dan pembangkangan sipil. Mereka menuntut perubahan demokratis dan berakhirnya kekuasaan Milosevic. Pada akhirnya, presiden itu mengakui kalah dan menyerahkan kekuasaan. Milosevic kemudian diseret ke Pengadilan Kriminal untuk bekas Yugoslavia atas kejahatan perang, tapi, dia meninggal sebelum divonis.

6. Revolusi Rakyat Kedua Filipina — 2001

Foto: MindaNews

Filipina kembali diterjang demonstrasi besar-besaran yang juga dikenal sebagai EDSA II. Gerakan ini dipicu tuduhan korupsi terhadap Presiden Joseph Estrada. Dia ditengarai menerima suap dari pajak tembakau dan perjudian ilegal.

Sama seperti protes massa sebelumnya, Gereja Katolik dan militer kembali mendukung demonstrasi ini. Senat kemudian menggelar sidang pemakzulan dengan Mahkamah Agung mendukung usaha itu. Dengan berkurangnya dukungan, Estrada akhirnya mundur dari kursi kepresidenan dan digantikan wakilnya, Gloria Macapagal Arroyo.

7. Revolusi Bunga Melati Tunisia — 2011

Foto: Al Jazeera

Tingginya angka pengangguran, kesulitan ekonomi, dan korupsi sistematis di bawah pemerintahan otoriter Presiden Zine El Abidine Ben Ali membuat frustrasi berkepanjangan di Tunisia. Puncaknya, seorang pedagang bernama Mohamed Bouazizi membakar diri pada 17 Desember sebagai aksi protes atas korupsi dan penghinaan yang dilakukan polisi. Insiden itu langsung memicu demonstrasi besar-besaran.

Massa menuntut pengunduran diri Ben Ali yang telah berkuasa selama 23 tahun. Setelah sekitar sebulan aksi demonstrasi, Ben Ali akhirnya melarikan diri. Demonstrasi besar di Tunisia ini kemudan memicu apa yang disebut sebagai gelombang Arab Spring.

8. Revolusi 25 Januari Mesir — 2011

Foto: Al Jazeera

Terinspirasi aksi Revolusi Bunga Melati di Tunisia, rakyat Mesir berbondong-bondong turun ke jalan untuk menuntut pengunduran diri Presiden Husni Mubarak. Mereka merasa sudah tidak tahan dengan pemerintahan yang otokratik. Korupsi, kemiskinan, pengangguran, brutalitas polisi, dan kurangnya kebebasan politik membuat mereka semakin muak.

Berkuasa selama 30 tahun, Mubarak acap kali memberlakukan kondisi darurat, penindasan terhadap hak sipil dan politik, pemilu yang digelar pun jauh dari kata jurdil. Berbeda dengan Tunisia, demonstrasi di Mesir ini diwarnai kekerasan hingga timbul korban jiwa. Mendapatkan tekanan bertubi-tubi, pada 11 Februari 2011, Mubarak memutuskan mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada militer.

9. Revolusi Sri Lanka — 2022

Foto: The New York Times

Krisis ekonomi parah akhirnya memicu mahasiwa dan warga Sri Lanka turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Mereka sudah tidak tahan dengan kondisi kehidupan yang parah akibat utang negara, kenaikan harga bahan-bahan, dan inflasi tinggi. Krisis itu juga dipicu kesalahan manajemen ekonomi, korupsi, dan dampak pandemi Covid-19.

Aksi massa itu akhirnya berhasil menekan pemerintahan. Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa dan Presiden Gotabaya Rajapaksa akhirnya mengundurkan diri pada 2022. Namun, permasalahan ekonomi Sri Lanka belum selesai meski klan Rajapaksa yang bertahun-tahun berkuasa sudah terguling.

10. Revolusi Gen Z Bangladesh — 2024

Foto: CNN

Sebuah aksi terkadang butuh katalis untuk membuat semua orang bersuara. Dan, inilah yang terjadi di Bangladesh. Mahasiswa turun ke jalan untuk memprotes sistem kuota pegawai negeri yang dinilai diskriminatif. Faktor lain seperti tingginya angka pengangguran, penindasan pemerintah, dan kesulitan ekonomi semakin memperkuat tekad menggelar aksi.

Aksi yang didorong gerakan Generasi Z itu berjalan selama beberapa pekan dan diwarnai bentrokan maut antara massa dan aparat berwenang. Akibat aksi tersebut, Perdana Menteri Sheikh Hashina yang otoriter terpaksa mengundurkan diri dan kabur ke luar negeri. Aksi di Bangladesh ini adalah revolusi pertama pimpinan Gen Z yang sukses.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *