Review Film Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba – Infinity Castle, Animasi Ciamik, Penuh Uraian Air Mata

Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba – Infinity Castle memberikan tontonan aksi seru yang dibalut cerita yang penuh emosi. (Instagram/Demon Slayer Official)

Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba – Infinity Castle berhasil memenuhi ekspektasi dan hype yang didengungkan selama ini. Berdurasi 2 jam 35 menit, film ini tidak menyia-nyiakan semuanya. Dengan laju yang tidak bisa dibilang terlalu cepat atau lambat, cerita yang diusung berhasil mengaduk-aduk emosi penontonnya.

Film ini melanjutkan apa yang terjadi di akhir season 4 serial anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba. Di episode pamungkas itu, Raja Iblis Muzan Kibutsuji menyerang Kagaya Ubuyashiki di markas Korps Pembasmi Iblis. Akibat peristiwa itu, seluruh anggota korps kemudian tersedot ke markas Muzan, Infinity Castle.

Infinity Castle adalah sebuah tempat misterius yang punya kendali atas dirinya sendiri. Tempat itu menjadi ajang penentuan nasib para kru Pembasmi Iblis dalam perang tanding akhir mereka melawan sisa-sisa 12 Kizuki sebelum berhadapan dengan Muzan. Namun, mereka juga harus mampu menaklukkan istana aneh tersebut.

Film dibuka dengan adegan flashback tentang pertemuan Hashira Batu Gyomei Himejima dan komandan Korps Pembasmi Iblis, Kagaya Ubuyashiki, yang sedang sekarat. Mereka membahas bagaimana cara untuk menarik Muzan dari persembuyiannya dan kemudian menyerangnya. Adegan ini terasa emosional, terutama bagi mereka yang mengikuti ceritanya sejak awal.

Foto: AS USA Diario AS

Film ini lalu melanjutkan apa yang ditinggalkan season 4 serial animenya. Para Hashira dan Pembasmi Iblis yang masuk Infinity Castle harus berusaha menemukan pijakan sebelum mulai melangkah dan memikirkan rencana selanjutnya. Istana itu adalah tempat aneh yang sepertinya bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Animasi dan visual yang ditampilkan Ufotable untuk Infinity Castle-nya sendiri sangat keren. Penampakannya jadi berbeda dari ketika diperkenalkan di akhir season 1 serial animenya. Di film, istana ini jadi lebih hidup dan lebih misterius.

Setiap gerakan yang disertai monolog atau dialog karakternya semakin membuat istana ini terasa ngeri. Tanpa ujung, tanpa jalan keluar, dan harus ditaklukkan. Sementara, iblis pun selalu menyerang dan menerjang.

Bagian pertama film Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba – Infinity Castle ini menampilkan tiga pertempuran utama. Pertama, Shinobu Kocho melawan Iblis Bulan Atas 2, Douma. Kedua, Zenitsu Agatsuma melawan Iblis Bulan Atas 6, Kaigaku. Terakhir dan yang paling ditunggu, duo Tanjiro dan Hashira Air Giyu Tomioka melawan Iblis Bulan Atas 3, Akaza.

Foto: ComicBook.com

Masing-masing pertarungan punya bobot emosional sendiri. Namun, dari 6 pertarungan tersisa di Demon Slayer, pertarungan Shinobu vs Douma dan Zenitsu vs Kaigaku, punya level emosi yang berbeda. Dua pertarungan itu dilandasi masalah personal dan dendam.

Pertarungan Shinobu vs Douma mengungkap masa lalu Hashira Serangga itu ketika kakaknya, Kanae Kocho masih hidup. Pertarungan ini diwarnai gejolak emosi Shinobu yang selama ini selalu ditahan. Di satu titik, dia mengakui kalau sepanjang hidup, dia selalu marah karena dendam yang membara di dalam hatinya.

Visualnya cukup mengagumkan. Penonton akhirnya bisa melihat kemampuan Shinobu yang sesungguhnya. Teknik Pernapasan Serangganya tereksplorasi di sini dengan setiap gerakannya. Pertarungan ini lumayan seru sebagai pembuka.

Pameran visual sesungguhnya terjadi pada pertarungan puncak antara Tanjiro dan Giyu melawan Akaza. Ufotable tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memadukan gerakan air Giyu dan api Tanjiro dengan teknik tangan kosong Akaza. Kerusakan yang ditimbulkan benar-benar terasa lewat animasi dan visualnya.

Foto: Crunchyroll

Pertarungan tempo cepat dipadu dengan slow motion pada bagian tertentu menciptakan visual spektakuler. Detail sayatan pedang Giyu dan Tanjiro menjadi sebuah tontonan visual yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Namun, puncak dari semua itu adalah cerita latarnya.

Tidak bisa dimungkiri, Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba punya salah satu cerita paling emosional di anime. Serial ini memang tidak punya world building yang bertele-tele dan ceritanya pun melaju cepat. Namun, untuk urusan cerita background karakter, tidak ada yang main-main dengan serial ini.

Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba mengubah salah satu karakter paling dibenci menjadi salah satu yang paling diberi simpati. Kisah masa lalu sejumlah villain tak jarang menguras emosi pembaca manga dan penonton anime. Mereka diberikan pemaparan atas sebab akibat dan alasan mengapa seseorang bisa berubah menjadi jahat.

Di antara semua yang tampil di bagian pertama, yang paling menarik perhatian saya adalah Zenitsu. Di film ini, Zenitsu mengalami perkembangan karakter yang sangat berarti. Boleh dibilang, arc karakter berambut pirang ini yang paling tebal di bagian ini.

Foto: The Mary Sue

Zenitsu yang selama ini dikenal sebagai karakter pengecut, kocak, dan cengeng, berubah total. Dia dengan mantap melangkah masuk Infinity Castle, tanpa keraguan sedikit pun. Lalu, tanpa bantuan dari teman-temannya, seperti Tanjiro dan Inosuke, dia sendirian menghadapi Iblis Bulan Atas 6, Kaigaku.

Duel maut mereka dilandasi masalah personal. Kaigaku yang arogan tidak bisa menerima keberadaan juniornya, Zenitsu, yang dianggapnya lemah. Selama berlatih di bawah arahan mantan Hashira Petir, Jigoro Kuwajima, Zenitsu hanya bisa menguasai bentuk pertama Teknik Pernapasan Petir, sementara Kaigaku bisa menguasai semua bentuknya, kecuali bentuk pertama.

Arogansi membawa Kaigaku menempuh jalan kelam dengan menjadi iblis. Namun, itu tidak bisa mengobati kebenciannya pada Zenitsu. Di sisi lain, Zenitsu sakit hati pada Kaigaku yang telah mengkhianati perguruan mereka.

Pertarungan kedua orang ini terasa lebih personal. Zenitsu pun tanpa ragu bertarung habis-habisan. (Spoiler) Dia bahkan bertarung dengan kondisi sadar, tidak lagi menutup mata dan tertidur seperti biasa.

Foto: IGN

Tidak ada celetukan konyol dari Zenitsu dalam pertarungan itu. Semua berjalan serius dan mendalam. Bahkan, Kaigaku-lah yang lebih banyak bicara. Sayangnya, bagian Zenitsu ini singkat.

Pertarungan Zenitsu dan Kaigaku tidaklah semegah pertarungan lain di film ini. Tapi, secara emosional dan karakter, ini adalah pertarungan terbaik. Orang diperlihatkan sisi lain seorang Zenitsu yang sejatinya adalah petarung tangguh dan cerdas.

Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba – Infinity Castle memberikan tontonan spektakuler dengan visual menawan dan scoring yang pas. Film ini menghibur sekaligus membuat berpikir dengan monolog atau dialognya tentang kehidupan yang mendalam. Orang masih menantikan keseruan berikutnya di film kedua.

Tak seperti serialnya, film ini minim humor. Monolog panjang Tanjiro masih ada, tapi tidak sekocak biasanya. Zenitsu yang biasanya nge-badut pun tidak mengeluarkan kekonyolan.

Humor ada di flashback masa lalu Zenitsu yang tidak terlalu banyak. Selain itu, kehadiran Murata mampu memecah keseriusan film ini. Tokoh Pembasmi Iblis yang lebih senior ketimbang Tanjiro ini tetap tampil konyol di film.

Sebagai pembuka, bagian pertama Infinity Castle ini sudah layak menjadi standar penampakan film selanjutnya. Pertarungan antara Kanao dan Inosuke melawan Douma, Obanai Iguro dan Mitsuri Kanroji melawan Nakime, dan trio Hashira—Gyomei, Muichiro, Sanemi—beserta Genya melawan Kokushibo bakalan lebih seru dan spektakuler. Namun, orang harus menanti dua tahun lagi untuk bisa menyaksikannya.

Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba – Infinity Castle
Sutradara: Haruo Sotozaki

Penulis: Koyoharu Gotouge (manga), Hikaru Kondou (screenplay)
Pemeran: Natsuki Hanae, Akari Kitou, Yoshitsugu Matsuoka, Hiro Shimono, Takahiro Sakurai, Akira Ishida, dll
Musik: Yuki Kajiura dan Go Shiina
Editor: Manabu Kamino
Sinematografi: Yuuichi Terao
Studio: Ufotable
Distributor: Aniplex, Crunchyroll, Sony Pictures
Durasi: 2 jam 35 menit

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *