
Thunderbolts* merupakan film kedua yang dirilis Marvel Cinematic Universe (MCU) tahun ini. Sebelumnya, mereka merilis Captain America: Brave New World. Thunderbolts* mulai tayang di bioskop di seluruh Indonesia hari ini.
Dalam beberapa tahun belakangan, film produksi MCU sering kali mendapatkan kritikan daripada pujian. Bahkan, Disney memberlakukan embargo review yang lumayan panjang terhadap Captain America: Brave New World karena pandangan sinis para kritikus. Namun, ini sepertinya tidak berlaku bagi Thunderbolts*.
Disney tidak lagi memberlakukan embargo panjang bagi Thunderbolts*. Ini membuat para kritikus yang telah menonton film ini memberikan reaksi awal mereka di media sosial. Hasilnya, banyak yang memuji film ini.
Mengutip Rotten Tomatoes, secara umum, para kritikus menyebut Thunderbolts* sebagai kembalinya franchise tersebut. Film ini menampilkan karakter yang habis-habisan, visual spektakuler, dan rangkaian adegan aksi yang bikin susah berpaling. Mereka juga memuji penampilan Florence Pugh yang berperan sebagai Yelena Belova dan Lewis Pullman sebagai Robert Reynolds alias Void.
Sejumlah kritikus merekomendasikan orang untuk menonton film ini. Mereka mengatakan film ini bisa menjadi kejutan bagi sebagian orang. Setidaknya, Thunderbolts* bisa menjadi tontonan alternatif menyambut musim panas.
“Pikiran awalnya mungkin tidak akan menganggap Thunderbolts sebagai tontonan wajib. Itu salah karena film ini adalah salah satu usaha terakhir Marvel yang lebih sukses,” tulis Joey Madigson dari Awards Radar.
Kritikus lain menyebut, Thunderbolts* akan menjadi pintu masuk lagi bagi mereka yang sudah lelah dengan MCU. Mereka menyebut film ini akan disukai baik oleh penggemar MCU dan penonton biasa. Fans akan merasakan vibe lain setelah merasa kecewa dengan Multiverse Saga.
“Kalau kalian tidak suka dengan MCU karena Multiverse Saga yang kacau, Thunderbolts bisa menjadi film yang akan menarik kalian lagi,” tulis Ian Sandwell dari Digital Spy.
Thunderbolts* disebut sebagai salah satu film terbaik MCU berkat penyutradaraan, penulisan, dan penampilan para pemerannya. Film ini agak terasa berbeda dari film-film sebelumnya di franchise ini. Meski, tim dengan karakter kacau bukanlah sesuatu yang baru di MCU karena sebelumnya mereka sudah pernah menampilkan Guardians of the Galaxy.
“Thunderbolts membangkitkan energi yang berbeda. Ini adalah salah satu entri paling membumi dan efektif yang diberikan MCU dalam beberapa waktu terakhir,” kata David Gonzales dari The Cinematic Reel.
Thunderbolts* dipenuhi banyak adegan komedi yang pasti memicu tawa para penonton. Humornya juga terasa lebih segar dibandingkan film sebelumnya. Dengan beberapa karakter di film ini digambarkan sebagai sosok serius, komedinya bisa terasa berbeda.
“Tolong, catat reaksi Ghost terhadap komentar Red Guardian atau Walker menjadi menyebalkan—kocak banget,” kata Britany Murphy dari Muses of Media.
Namun, pujian terbesar disematkan kepada Florence Pugh dan Lewis Pullman. Para kritikus mencatat, Yelena yang diperankan Florence jadi lebih gelap dibanding sebelumnya. Selain itu, dia juga mencuri perhatian di Thunderbolts*, seperti yang dia lakukan di Black Widow, bahkan di Hawkeye.
Debut Lewis Pullman sebagai Robert Reynolds juga tidak mengecewakan. Sama seperti Florence, dia pun mencuri perhatian dengan karakter pria amnesia di Thunderbolts*. Lewis berhasil menampilkan karakter gelap di franchise yang menargetkan pasar PG atau di bawah bimbingan orang tua ini.
“Yang benar-benar menonjol adalah Lewis Pullman. Bob adalah karakter dengan beberapa sisi dan Pullman mengeluarkan semuanya,” tulis Ross Bonaime dari Collider.
Bagi yang mencari tontonan aksi, Thunderbolts* tidaklah mengecewakan. Terlebih, film ini menampilkan karakter yang lebih membumi dan bertarung dengan kekuatan fisik, bukan kekuatan aneh-aneh. Ini membuat pertarungannya jadi lebih seru.
“(Film ini) punya rangkaian adegan aksi terbaik Marvel, sebagian karena para pahlawannya tidak bisa terbang, melepaskan tembakan tanpa target yang jelas, tapi tetap sesuai alur. Pertarungan satu sama lainnya menghibur dan langsung. Pertarungan bersama mereka menciptakan adegan yang mengagumkan,” kata Michael Ordona dari San Francisco Chronicle.
Sejumlah kritikus menyebut, Thunderbolts* adalah versi lebih baik dari Suicide Squad buatan DC. Perbandingan ini sebenarnya muncul sejak proyek Thunderbolts* diumumkan. Suicide Squad punya premis yang sama. Sayang, film itu gagal menarik penonton.
“Saya sudah membaca kalau orang membandingkan Thunderbolts dengan Suicide Squad-nya DC. Saya rasa tidak perlu, meski, tim itu (dan filmnya) beroperasi dengan cara yang sama, film superhero Marvel ini sebenarnya lebih mirip Guardians of the Galaxy,” tulis Matt Singer dari Screen Crush.
Meski begitu, sejumlah kritikus merasa kalau pace film ini agak longgar. Hampir tidak ada ketegangan nyata di dalamnya. Padahal, karakter-karakternya akan tampil di Avengers: Doomsday.
“Beberapa kali Thunderbolts terasa tidak otentik, apalagi ketika terkait ke semesta lebih besar yang sangat ditekankan,” kata Tyler Taing dari Discussing Film.
Thunderbolts* memberikan harapan baru bagi masa depan MCU. Film ini mengemban misi mengembalikan kejayaan franchise tersebut di box office dan penggemar. Terlebih, setelah ini, Marvel akan merilis film yang paling diantisipasi penggemar, The Fantastic Four.
“Adegan pascakreditnya akan mengempaskan pikiran kalian dan sangat penting bagi apa yang akan terjadi di MCU. Saya, misalnya, tidak sabar menunggu,” tulis Tessa Smith dari Mama’s Geeky.
Thunderbolts* disutradarai Jake Schreier. Film ini mengisahkan tentang sekelompok antihero yang dijebak Valentina Allegra de Fontaine. Mereka dipaksa melakukan misi berbahaya yang bisa membebaskan mereka asalkan bisa bekerja sebagai tim.